Darti Isyanti hari ke-28 Permainan kodok-kodokan, gundu, lompat tali, engrang, congklak, balap karung, dampu bulan

 26. Permainan kodok-kodokan




Permainan kodok-kodokan adalah permainan khas masyarakat Betawi.  Permainan ini disebut kodok-kodokan yang artinya katak. Permainan ini dimainkan oleh anak laki-laki berumur 8-13 tahun. Permainan ini membutuhkan tempat yang luas untuk anak-anak berlari. Peran utamanya adalah sang kodok.

Permainan kodok-kodokan ini adalah permainan memanggil roh kodok. Dalam hal ini diperlukan seorang pawang untuk memanggil roh kodok. Pawang memanggil roh kodok untuk dimasukkan ke tubuh pemeran utama. Cara bermain kodok-kodokan ini adalah :

  1. Peserta berkumpul dan melakukan hompimpah dilanjutkan dengan suten, peserta yang suten ditentukan sebagai pawang dan sang kodok.

  2. Sang pawang mengundang roh kodok untuk dimasukkan ke tubuh pemeran kodok.

  3. Sang pemeran bila kemasukan roh kodok maka melompat dan berlari ke sana kemari untuk menyentuh peserta lain. Peserta lain berlari dan bersembunyi agar tidak ditangkap oleh sang kodok. Peserta sambil menyanyikan lagu “ kek…kok…kek…kok…”

  4. Setelah peserta panik berlarian, maka pawang datang menghampiri sang kodok dan memanggil nama sang pemeran dengan suara keras dan berkali-kali. 

  5. Bila sang kodok sudah tersadar dan kembali berperilaku sewajarnya maka permainan berakhir.

Dalam permainan ini tidak ada yang kalah atau yang menang. dalam permainan ini mengajarkan kebersamaan, komunikasi, keseimbangan, ketangkasan, saling menghargai, disiplin dan empati.  

27. Permainan gundu 

Permainan gundu sangat populer dikalangan anak-anak Batawi. sampai saat ini masih banyak ditemukan anak-anak bermain gundu. Biasanya permainan ini dimainkan oleh anak laki-laki usia 6-12 tahun. Permainan ini dilakukan  di tempat yang agak luas seperti di teras, di halaman atau dibawah pohon.

Permainan gundu sendiri banyak jenisnya sesuai dengan perkembangan  zaman. Permainan ini membutuhkan alat berupa gundu, yang terbuat dari kaca atau tanah liat berbentuk bulat. Ukuran kelereng biasanya berdiameter ½ inci. Kelereng atau gundu dapat dijadikan permainan yang kreatif, edukatif dan kompetitif. Pada beberapa daerah kelereng disebut juga gundu sebutan untuk daerah Betawi, ekar di palembang dan neker di jawa. Menurut Iswinarti cara bermain kelereng sebagai berikut :

  1. Pemain harus membuat lubang pada tanah atau lingkaran sebesar kelereng atau sesuai kesepakatan. 

  2. Bila pemain lebih dari 3 orang maka dibuat kelompok atau tim. kalau pemain 3 orang maka kelereng dapat dimainkan secara individu.

  3. Pemain membuat garis batas untuk star melempar kelereng.

  4. Lemparan kelereng yang menedekati lubang boleh main terlebih dahulu.Kemudian urutan selanjutnya sesuai dengan urutan kedekatannya dari lubang.

  5. pemain yang berhasil memasukkan kelereng ke dalam lubang memiliki kesempatan untuk menyerang lawan. ketika lawan terkena serangan tersebut maka kelereng tidak boleh dimainkan lagi atau disebut mati.

  6. Kelereng yang belum memasukkan gacoannya ke lubang belum bisa menyerang kelereng lawan. 

  7. Sebaliknya kelereng yang berhasil masuk kelubang boleh menyerang kelereng siapa saja dan mendapatkan point atau nilai.

  8. Pemain dikatakan selesai apabila  semua kelereng telah mati, dan permainan selesai. 

28.Permainan lompat tali

Permainan lompat tali berasal dari Betawi. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak perempuan dan anak laki-laki. Permainan lompat karet ada berbagai versi cara memainkannya. Permainan ini memerlukan alat berupa karet yang dijalin sepanjang 5 meter. Lompat tali ini dimainkan di tempat yang luas seperti lapangan atau tanah kosong. Cara memainkan permainan ini adalah :

  1. Pemain melakukan suten untuk menentukan siapa yang akan bermain terlebih dahulu. Bila pesertanya lebih dari 3 orang dapat dimainkan secara beregu.

  2. Regu A mendapat giliran pertama untuk bermain, maka regu B menjadi penjaga.

  3. Tahapan tinggi karet sudah disepakati bersama seperti :

  • Setinggi dengkul 

  • Pinggang 

  • Pusar

  • Pundak

  • Telinga

  • Kepala

  • Sejengkal di atas kepala

  • Tangan yang tegak lurus ke atas atau merdeka

  1. Bila rangkaian ini dapat dilalui oleh pemain regu A mala regu A mendapatkan satu poin. Apabila regu A tidak dapat menyelesaikan sampai akhir maka penjaga bergantian dengan kelompok B. 

  2. Regu A menjadi penjaga sampai regu B mati atau selesai bermain. Begitu seterusnya.

permainan ini melatih kekuatan, kelincahan, ketangkasan , keseimbangan, kerjasama, kejujuran, keberanian dan keuletan. 

29.Permainan egrang

Permainan egrang berasal dari Betawi. Permainan ini dimainkan oleh anak laki-laki usia 12-15 tahun. Permainan engrang ini biasanya dilakukan sore hari di halaman. namun karena halaman di Betawi mulai berkurang maka permainan ini pun mulai tidak dimainkan oleh anak-anak. Selain itu permainan ini membutuhkan bambu yang jarang pula didapat di Betawi.yang ketinggiannya 3 meter dengan tempat pijakan kaki. Pijakan kaki dari ketinggian tanah sekitar 30cm dan bambu pijakan 20cm. Setiap anak membutuhkan dua batang bambu. bambu yang digunakan yaitu bambu yang ukurannya sedang dan mudah dipegang oleh anak. Setiap anak membutuhkan dua batang bambu panjang. Permainan ini dilakukan secara individu.Cara bermain egrang adalah:

  1. Setiap pemain membuat arena perlombaan. Berupa garis star dan garis finis. Untuk memulai lomba disepakati akan ada berapa orang yang berlomba sesuai dengan luas lapangan. paling sedikit 3 orang.

  2. Peserta lomba masing-masing bersiap dan berdiri dipijakan kedua bambu. Setelah dirasa seimbang maka wasit memberikan aba-aba menggunakan peluit dan perlombaan dimulai. 

  3. Peserta yang mencapai garis finis tercepat maka dinyatakan menang.

Dalam permainan ini dibutuhkan keseimbangan, ketangkasan, kekuatan dan keberanian. Permainan ini mengandung resiko yang tinggi. Apabila terjatuh bisa mengakibatkan luka. Permainan ini harus diawasi oleh orang dewasa.

30.Permainan congklak

Permainan congklak berasal dari Betawi. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak perempuan namun banyak anak laki-laki juga yang dapat memainkan permainan ini. Permainan ini dimainkan oleh dua anak di teras atau di halaman. Alat yang dibutuhkan adalah papan congklak yang terbuat dari kayu serta memiliki lubang kecil berjajar sebanyak 14 buah masing-masing 7 lubang berhadapan dan lubang besar yang memiliki kedalaman 5 cm dan lebar diameter 20 cm, lubang besar yang berlawanan arah sebanyak dua buah. papan congklak ini bisa juga digantikan di atas batu atau di atas tanah. Alat yang tak kalah pentingnya yaitu biji congklak yang terbuat dari plastik yang menyerupai keong kecil, biji keong , biji salak, kerikil ataupun biji sawo, Cara bermain congklak adalah :

  1. Kedua pemain mengisi lubang kecil dengan 7 buah biji. Setelah semua terisi maka pemain secara bersamaan boleh memilih mengambil lubang mana saja miliknya untuk dijalankan. 

  2. Kedua pemain mengengam biji congklak dan mengisi semua lubang dengan biji coklak di tangannya. apabila sampai biji terahir jatuh pada lubang yang ada bijinya maka pemain akan mengambil semua biji dan melanjutkan perjalanan mengisi detiap lubang dan  melalui lubang besar milik sendiri yang di sebut gunung. apbila biji jatuh pada lubang yang kosong maka akan ada 2 kemungkinan.

  3. Kemungkinan pertama pemain “nembak” bila jatuh pada lubang sendiri sedangkan lubang lawan dihadapannya terdapat biji congklak.

  4. Kemungkinan kedua pemain mati karena jatuh di lubang sendiri namun dihadapannnya lubang tidak ada biji congklak atau pemain saat biji terakhir jatuh di area lawan. baik menembak atau mati pemain berhenti dan pemain bergantian bermain dengan mengambil biji yang terdapat pada luabng di area sendiri serta berjalan memutar searah jarum jam. begitu seterusnya sampai semua biji berpindah ke gunung.

  5. Kedua pemain mengisi lubang masing-masing dengan biji masing-masing yang didapat. Pada permainan ke dua ini pemain yang jalan dahulu ditentukan oleh pemain pertama menang main.

  6. Apabila dalam mengisi lubang ternyata pemain kekurangan biji maka disebut “kebakaran”. Namun pemain yang mengalami “kebakaran” bisa terus bermain dengan mengosongkan lubang yang kekurangan  dari biji congklak.Begitu seterusnya sampai lawan kebakaran semua lunbangnya.

  7. Pemain dinyatakan menang apabila mendapat biji yang paling banyak dan membuat lawan kebakaran. namun permainan ini juga dapat di sudahi ketika lawan menyerah dan tidak mau bermain lagi.

Dalam permainan conklak ini dapat dikembangkan keterampilan taktil, kemampuan berhitung, menyusun srategi, ulwt, sungguh-sungguh dan mengutamakan kejujuran. 

31. Permainan balap karung

Permainan balap karung adalah permainan yang sudah sangat populer dikalangan masyarakat Betawi. Permainan ini sering dilakukan pada saat Hari Ulang Tahun DKI Jakarta. Permainan balap karung biasanya dilakukan oleh anak laki-laki namun tidak jarang anak perempuan juga ikut permainan balap karung ini. namun permainan balap karung saat ini justru dilakukan oleh orang dewasa baik di sekolah, di kampung maupun di kantor ketika perayaan. Permainan balap karung dilakukan secara individu. Permainan i ni dapat dilakukan di halaman atau lapangan yang luas. lapangan atau halaman seluas setengah lapangan sepak bola. Atau dapat dilakukan di gang kecil ukuran lebar 4 meteer dan panjang 10 meter. Peralatan yang digunakan adalah karung goni, karung berwarna coklat yang biasanya bisa didapat di tukang beras. Cara melakukan permainan balap karung adalah:

  1. Beberapa pemain berjajar  berdiri dengan memasukkan tubuhnya ke karung setengah badan dari kaki sampai pinggang.

  2. Pemain berjalan melompat secara bersamaan setelah wasit meniup pluit panjang.

  3. Peserta dapat berlari alau melompat sekuatnya sehingga mencapai garis finis.

  4. Pemain yang pertama menginjak garis fisnis dinyatakan sebagai pemenang.

Dalam permainan balap karung dapat dikembangkan nilai keberanian, ketekunan, kesabaran, menyusun srategi, keseimbangan dan kerja keras.

 

 


32.  Dampu Bulan

Permainan Dampu Bulan berasal dari daerah Betawi (Maryati:2019). Permainan dampu bulan dapat dimainkan oleh anak laki-laki dan anak perempuan. Dapat dimainkan secara individu maupun kelompok. Permainan ini dilakukan di luar ruangan, bisa di bawah pohon, di lapangan atau tempat yang luas. Peralatan yang dibutuhkan arang, kapur, cat sebagai alat untuk membuat garis pada arena dampu bulan.Selain itu dibutuhkan batu pipih, pecahan genting, pecahan internit sebagai gacoan.cara bermain dampu bulan secara individu adalah:

  1. Setelah arena dan gacoan sudah siap maka permainan dapat dimulai. Pemain melakukan  suten atau hompimpah.d

  2. Pemenang Suit bila pemain 2 orang atau hompimpah  bila pemain 3 orang. Namun apabila pemain 4 orang maka permainan dapat dilakukan secara berkelompok. Peserta yang menang suten dapat memulai permainan terlebih dahulu.

  3. Pemain melemparkan gaco ke kotak, gaco dilemparkan secara urut ke kotak 1,2 3 dan seterusnya.

  4. Permainan ini dilakukan dengan engklek yaitu berjalan dengan satu kaki dari satu kotak ke kotak yang lain.

  5. Apabila ada gacoan sendiri di dalam kotak maka pemain harus melompatinya.

  6. Ketika melompat pada kotak persegi vertikal maka dilakukan berjalan satu kaki atau dingkring, dan apabila bertemu dengan kotak persegi yang horizontal maka kedua kaki diletakkan dalam kotak kecuali bila gaco sendiri ada di dalam kotak maka tetap dingkring.

  7. Begitu seterusnya sampai gacoan dilempar ke gunungan dan kembali ke kotak nomor 1.

  8. Apabila gacoan kembali ke nomor satu maka pemain dinyatakan menang dan boleh melempar gaconya kotak mana saja untuk mendapatkan bintang.

  9. Bintang yang di peroleh pemain tidak boleh diinjak oleh lawan begitu seterusnya.

  10. Pemain dinyatakan menang apabila mendapatkan bintang paling banyak.

Dalam permainan ini dibutuhkan keseiimbangan, ketangkasan, kerja keras, kekuatan , keuletan, kesungguhan, kejujuran dan keberanian.

Hampir dalam setiap permainan yang ada di Betawi mengajarkan nilai-nilai luhur dan mengembangkan serta menstimulasi fisik, motorik dan mental anak. Melalui permainan anak memiliki daya juang yang tinggi. Sangat disayangkan pada era modern ini permainan tradisional mulai ditinggalkan anak-anak sehingga banyak permainan yang mulai luntur. 

Sebagai orang dewasa yang sadar akan fungsi dan manfaat permainan tradisional maka marilah kita lestarikan permainan ini agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat lestari sehingga menghasilkan generasi muda yang tahan uji, tangkas, sopan dan bermartabat.

Daftar pustaka

Laila Alfinur hasanah (2016:18) Pengaruh permainan Tradisional (Bekelan dan Slentikan) Terhadap peningkatan Kemampuan Problem Solving Anak Usia Sekolah”

Ulfa Nurussyifa (2016:19) ”Pengaruh Permainan Tradisional (Selentikan Dan Congklak lidi) Terhadap peningkatan Kemampuan Problem Solving Anak Usia Sekolah”

Ela Handayani (2016:17) Pengaruh Permainan Tradisional  Gobag Sodor terhadap Tingkat Empati Pada Anak Sekolah Dasar

Iswinarti: 2017. Permainan Tradisional. Malang.Universitas Muhammadiyah Malang

Sukintaka, 1998. Teori Bermain Untuk Pendidikan Jasmani. Yogyakarta: FPOK IKIP

Hurlock, Elizabeth. 1978. Perkembangan Anak Jilid 1. Terjemahan. Jakarta: Erlangga

Mayke S. Tedjasaputra. 2001. Bermain, mainan dan Permainan untuk  Pendidikan Anak usia Dini. Jakarta. Gramedia

Muriah, Wardan (2020) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Malang. Literasi Nusantara. 

https://dinaskebudayaan.jakarta.go.id. Diakses pada tanggal 29 januari 2023

https://youtu.be/q5cqM5VVHeM (Bentengan)

https://youtu.be/uF8LhYBcmEY (Tok kadal lubang)

https://youtu.be/o0tPTGtCbq4 (gobak sodor)

https://youtu.be/ual19wWE1_8 (permainan perahu-perahuan)

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5685416/


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Darti Isyanti/Hari ke-2 : Produktif diusia senja

Darti Isyanti/ke- 6 : Teknik menulis untuk situs portal berita

Darti Isyanti, ke 23/ Merdeka menulis Omjay